Permasalahan industri kuliner tanah air ialah penggunaan styrofoam atau gabut sintetis yang masih digunakan sebagai pembungkus makanan masih belum berakhir. Styrofoam sendiri merupakan material yang tidak ramah lingkungan karena sulit terurai.
Styrofoam membutuhkan waktu sekitar 500 tahun untuk benar-benar terurai oleh tanah.
Berdasarkan permasalahan ini, akhirnya muncul sebuah produk industri kreatif berlabel Plepah yang menghadirkan wadah pembungkus makanan ramah lingkungan. Sesuai dengan nama mereknya, Plepah bermaterialkan pelepah pinang.
Dalam proses produksinya, Plepah mengalami berbagai proses pembentukan hingga akhirnya jadi sebuah wadah bermaterial pelepah pinang. Menariknya, produk dari Plepah ini tahan panas, tahan air, hingga tahan minyak.
CEO Plepah Rengkuh Banyu Mahandru bercerita bahwa kehadiran brandnya ini terinspirasi saat dirinya melihat fenomena ikan paus yang banyak terdampar dan meninggal. Saat ikan paus dibelah, kebanyakan isi perutnya diisi oleh sampah plastik.

Keresahannya akan hal tersebut akhirnya mendorong ia untuk menghadirkan solusi menciptakan material wadah makanan yang ramah lingkungan tetapi murah. Pelepah pinang juga merupakan material yang aman karena terbebas dari bahan kimia yang bisa mengontaminasi makanan.
Selain itu, Rengkuh ingin merubah persepsi bahwa pelepah pinang juga memiliki harga jual jika bisa diolah dengan baik. Terlebih, pelepah pinang memiliki masa hancur yang hanya 60 hari.
Dengan pertimbangan potensi yang besar, akhirnya Plepah hadir dengan menggunakan skema micro manufacturing. Skema ini dipilih agar teknologi yang digunakan bisa diadaptasi juga oleh masyarakat di berbagai daerah.
Bagi kamu yang ingin meminamilisir sampah styrofoam atau plastik lainnya dan mau mulai beralih dengan menggunakan material yang lebih ramah lingkungan, kamu bisa mencoba menggunakan Plepah. Untuk pembelian, kamu bisa mengunjungi Instagram @plepah_id atau langsung ke websitenya di www.plepah.com.