D i era disrupsi saat ini, industri retail memang banyak yang mengalami kebangkrutan dan mau tidak mau harus menutup usahanya. Hal tersebut karena persaingan bisnis yang semakin ketat dan ketidakberdayaan beberapa industri retail menghadapi perkembangan zaman.
Munculnya para pebisnis online membuat bisnis ritel perlahan tapi pasti mengalami penyusutan.
Beberapa bisnis retail global seperti Victoria’s Secret, GAP, dan Payless juga sempat dikabarkan mengalami kesulitan. Dari peretail dalam negeri sendiri, hal demikian pernah dialami oleh Ramayana, Lotus, Hero, dan Giant yang harus menutup sebagian maupun seluruh tokonya.
Terbaru, peretail global Forever 21 Inc dikabarkan terancam mengalami kebangkrutan. Hal ini cukup mengejutkan, pasalnya sang pendiri Chang Jin Sook dan Chang Do Won sempat masuk daftar orang terkaya duni versi Forbes.
Melihat kejadian tersebut, Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey memberi saran agar peretail tak mengalami permasalahan seperti Forever 21 Inc.
Dilansir dari katadata.co.id, para pebisnis ritel harus mampu mengikuti perkembangan baik zaman atapun perliaku konsumen. Kegagalan para pebisnis ritel dalam berbisnis bisa terlihat apabila biaya produksinya jauh lebih besar ketimbang penjualannya.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution juga mengungkapkan penyebab banyaknya kebangkrutan yang dialami oleh toko ritel karena pola belanja yang semakin berubah. Darmin mengungkapkan bahwa masyarakat kini cenderung lebih senang untuk berbelanja secara online.
Tak hanya itu, Darmin juga menambahkan persaingan antar ritel juga mempengaruhi. Terlepas dari bisnis fashion, ritel-ritel lainnya membuka usahanya semakin dekat dengan masyarakat.
“Di kita khusus di Indonesia ada fenomena yang namanya Indomart, alfamart, itu memang merubah konstalasi. Mesti ada yang tersingkir ya. (Ada persaingan) Ya antar ritel,” jelas Darmin.
