Crowd, Brand Fashion Asal Jogja yang Simpel tapi Keren

distro jogja

J ika kamu sedang berada di Yogyakarta dan ingin berbelanja produk lokal yang kekinian maka Crowd merupakan destinasi yang tepat untuk kamu kunjungi. Distro yang menjual berbagai outfit ini berlokasi di Jl.Cendrawasih 25, Yogyakarta.

Berbisnis itu jadi ideal bukan idealis.
– Imam Wibowo, Founder Crowd

Crowd sendiri merupakan sebuah distro yang berdiri sejak 12 tahun silam atau tepatnya pada tahun 2007. Sang founder Imam Wibowo mengungkapkan latar belakangnya membangun Crowd karena pengalamannya dulu bekerja di distro.

“Sebelum mendirikan Crowd, saya dulu kerja di distro sampai akhirnya saya mulai mengenal seluk-beluk tentang clothing. Terus saya coba kembangkan dan Alhamdulillah sekarang punya brand sendiri,” ungkap Imam.

crowd jogja
instagram.com/crowdhouse

 

Pemilihan nama Crowd sendiri diakui Imam hanya karena pengucapannya yang terdengar enak diucapkan. Meski demikian, Imam juga menjelaskan bahwa kata crowd yang memiliki arti keramaian diharapkan bisa memberikan dampak yang baik bagi bisnisnya ini untuk diterima banyak orang.

Hampir sama dengan brand-brand lainnya, produk dari Crowd juga menggunakan desain yang simpel. Hal inilah yang dianggap menjadi kekuatan distro saat ini karena permintaan pasar yang lebih tertarik untuk menggunakan pakaian dengan desain yang simpel.

Di awal berdirinya, kosep Crowd memang sangat identik dengan hal yang berkaitan musik. Namun, sekarang lebih diidentikan dengan komunitas sepeda dan berbagai extreme game seperti down hill.

crowd
instagram.com/crowdhouse

 

Perubahan konsep ini diakui karena kondisi pasar belakangan ini yang mulai lesu dan menjadi tantangan bagi Crowd untuk tetap eksis. Imam mengakui kondisi yang demikian malah membuatnya tertantang untuk menciptakan inovasi yang bisa diterima masyarakat.

“Saya coba melihat brand kompetitor yang lebih besar dari Crowd, lalu coba membandingkan apa yang menjadi kekurangan dan kelebihan Crowd dibandingkan brand lainnya,” ungkap Imam.

Imam menambahkan bahwa dalam berbisnis idealisme harus sedikit dikepinggirkan karena persaingan bisnis yang semakin harinya semakin keras.

“Kalau idealis untuk diri saya pribadi iya, tapi kalau tentang bisnis tepatnya bukan idealis sih tapi ideal. Jadi, kita harus cari yang ideal dan cocok dengan keinginan pasar,” tutup Imam.